Sejarah Perekonomian Indonesia
MAKALAH
Untuk
memenuhi matakuliah
Perekonomian
Indonesia
Yang
dibina oleh Dr. I Nyoman Ruja, S.U
Oleh
:
Abd. Haris
Septia Amihanny Safitri
Lintang Atika Tifani
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Januari 2015
Indonesia adalah negara yang memiliki letak geografis yang sangat strategis, karena berada di antara dua benua (Asia dan Eropa) serta dua samudra (Pasifik dan Hindia), sebuah posisi yang strategis dalam jalur pelayaran perdagangan antar benua. Perdagangan saat itu mengenal sebutan jalur sutra laut, yaitu jarur dari Tiongkok dan Indonesia yang melalui Selat Malaka menuju ke India. Perdagangan laut antara India, Tiongkok, dan Indonesia dimulai pada abad pertama sesudah masehi, demikian juga hubungan Indonesia dengan daerah-daerah di Barat (Kekaisaran Romawi). Perdagangan di masa kerajaan-kerajaan tradisional disebut oleh Van Leur mempunyai sifat kapitalisme politik, dimana pengaruh raja-raja dalam perdagangan itu sangat besar. Misalnya di masa Sriwijaya, saat perdagangan internasional dari Asia Timur ke Asia Barat dan Eropa, mencapai zaman keemasannya. Raja-raja dan para bangsawan mendapatkan kekayaannya dari berbagai upeti dan pajak. Tak ada proteksi terhadap jenis produk tertentu, karena mereka justru diuntungkan oleh banyaknya kapal yang lewat di daerah mereka.
Dalam suatu
negara, proses dinamika pembangunan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
internal (domestik) dan eksternal (global). Yang termasuk ke dalam faktor
internal yaitu kondisi fisik (iklim), lokasi geografi, jumlah dan kualitas SDA,
SDM yang dimiliki, dan kondisi awal perekonomian. Sedangkan faktor eksternal
meliputi perkembangan teknologi, kondisi perekonomian dan politik dunia, serta
keamanan global.
Sudah 69 tahun
Indonesia merdeka. Akan tetapi kondisi perekonomian Indonesia tidak juga
membaik. Masih terdapat ketimpangan ekonomi, tingkat kemiskinan dan
pengangguran masih tinggi, serta pendapatan per kapita yang masih rendah. Untuk
dapat memperbaiki sistem perekonomian di Indonesia, kita perlu mempelajari
sejarah tentang perekonomian Indonesia dari masa orde lama hingga masa
reformasi. Dengan mempelajari sejarahnya, kita dapat mengetahui
kebijakan-kebijakan ekonomi apa saja yang sudah diambil pemerintah dan
bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indonesia serta dapat memberikan
kontribusi untuk mengatasi permasalah ekonomi yang ada. Sistem perekonomian di
Indonesia dibagi menjadi empat masa yaitu masa pra kemedekaan, masa orde lama,
masa orde baru dan masa reformasi.
1.
Masa Sebelum Kemerdekaan
A.
Masa Kerajaan
Ciri yang
menunjukan kejayaan perekonomian Indonesia adalah munculnya imperium kerajaan.
Letak Indonesia yang strategis juga menjadi faktor utama terlaksananya
perekonomian Indonesia. Letak Indonesia yang dihimpit oleh dua benua, Asia dan Eropa, dan dua samudra, Pasifik dan
Hindia menjadi keberuntungan karena posisi tersebut menjadi tempat pelayaran
niaga antarbenua. Perdagangan dari peradaban-peradaban besar seperti Cina,
Romawi, dan Mesir membangkirkan semangat para penduduk pribumi untuk
berdagang. Pada saat itu, mulai
diperkenalkannya uang berupa koin dan emas untuk menunjang perekonomian.
Perekonomian Indonesia semakin melesat setekah ditemukannya komoditi yang
memiliki nilai besar seperti rempah-rempah.
B.
Zaman Kolonial
Sebelum merdeka,
Indonesia mengalami masa penjajahan yang terbagi dalam beberapa periode.
Khususnya oleh Belanda yang sudah 350 tahun menjajah Indonesia, Pada masa pendudukan VOC ( vereenigde oost
indische compagnie ) sebuah perusahaan buatan belanda saat itu yang di tanamkan
di Hindia belanda ( indonesia ) yang sebagian besar sistem perekonomian di
kuasainya dengan menganut paham
Merkantilis. VOC memiliki keistimewaan/hak Octrooi antara lain :
a.
Hak
mencetak uang
b.
Hak
mengangkat dan memberhentikan pegawai
c.
Hak menyatakan
perang dan damai
d.
Hak
untuk membuat angkatan bersenjata sendiri
e.
Hak
untuk membuat perjanjian dengan raja-raja
Namun walau
demikian, tidak berarti bahwa seluruh ekonomi Nusantara telah dikuasai VOC.
Kenyataannya, sejak tahun 1620, VOC hanya menguasai komoditi-komoditi ekspor
sesuai permintaan pasar di Eropa, VOC juga membentuk peraturan – peraturan
dalam penerapan perekonomian di Hindia Belanda seperti :
a.
verplichte
leverentie (kewajiban meyerahkan hasil bumi pada VOC )
b.
contingenten
(pajak hasil bumi)
c.
pelayaran
Hongi
d.
hak
extirpatie (pemusnahan tanaman yang jumlahnya melebihi peraturan).
e.
Preangerstelstel,
yaitu kewajiban menanam tanaman kopi bagi penduduk Priangan.
Hingga pada
akhirnya tahun 1795, VOC bubar karena dianggap gagal dalam mengeksplorasi kekayaan Hindia Belanda.
VOC lalu di
ambil alih oleh republik Bataaf (Bataafsche Republiek). Namun Sebelum
republik Bataaf mulai berbenah,
pemerintahan Hindia Beklada sudah di ambil – alih oleh Inggris.
Sistem
Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal)
System ini terjadi
karena adanya desakkan kaum Humanis Belanda yang menginginkan perubahan nasib
warga pribumi kearah yang lebih baik dengan mendorong pemerintah Belanda
mengubah kebijakkan ekonominya. Dibuatlah peraturan-peraturan agrarian yang
baru, yang antara lain mengatur tentang penyewaan tanah pada pihak swasta untuk
jangka 75 tahun dan aturan tentang tanah yang boleh disewakan dan yang tidak
boleh. Pada akhirnya, sistem ini bukannya meningkatkan kesejahteraan pribumi,
tapi malah menambah penderitaan, terutama bagi para kuli kontrak yang tidak
diperlakukan layak.
Pendudukan
Inggris (1811-1816)
Inggris
melakukan sistem ekonomi dengan menerapkan Landrent (pajak tanah ) yang telah
berhasil di India, sebagai langkah merubah pola pajak hasil bumi yang telah hampir
dua abad diterapkan oleh Belanda. Dengan landrent, maka penduduk pribumi akan
memiliki uang untuk membeli barang produk Inggris atau yang diimpor dari India.
Inilah imperialisme modern yang menjadikan tanah jajahan tidak sekedar untuk
dieksplorasi kekayaan alamnya, tapi juga menjadi daerah pemasaran produk dari
negara penjajah.
Akan tetapi,
perubahan yang cukup signifikan tidak mudah dicapai bahkan mengalami kegagalan
di karenakan antara lain :
a.Masyarakat
Hindia Belanda pada umumnya buta huruf dan kurang mengenal uang,apalagi untuk menghitung luas tanah yang kena pajak.
b.Pegawai
pengukur tanah dari Inggris sendiri jumlahnya terlalu sedikit.
c.Kebijakan ini
kurang didukung raja-raja dan para bangsawan, karena Inggris tak mau mengakui
suksesi jabatan secara turun-temurun.
Cultuurstelstel
Cultuurstelstel
(sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas inisiatif Van Den
Bosc, yang bertujuan untuk memproduksi berbagai komoditi yang ada permintaannya
di pasaran dunia. Sejak saat itu, diperintahkan pembudidayaan produk-produk selain
kopi dan rempah-rempah, yaitu gula, nila, tembakau, teh, kina, karet, kelapa
sawit, dll. Sistem ini jelas menekan penduduk pribumi, tapi amat menguntungkan
bagi Belanda, dengan dipadukan dengan sistem konsinyasi (monopoli ekspor).
Sistem ini merupakan pengganti sistem landrent dalam rangka memperkenalkan
penggunaan uang pada masyarakat pribumi. Cultuurstelstel melibatkan para
bangsawan dan dalam halini juga merubah cara hidup masyarakat pedesaan menjadi
lebih komersial, tercermin dari meningkatnya jumlah penduduk yang melakukan
kegiatan ekonomi nonagraris.
Pendudukan
Jepang (1942-1945)
Pemerintah
militer Jepang menerapkan suatu kebijakan pengerahan sumber daya ekonomi yang
mendukung gerak maju pasukan Jepang dalam perang Pasifik. Sebagai akibatnya,
terjadi perubahan besar-besaran dalam struktur ekonomi masyarakat.
Kesejahteraan rakyat yang merosot tajam
dan terjadi bencana kekurangan pangan, karena produksi bahan makanan untuk
memasok pasukan militer dan produksi minyak jarak untuk pelumas pesawat tempur menempati
prioritas utama. Impor dan ekspor macet, sehingga terjadi kelangkaan tekstil
yang sebelumnya didapat dengan jalan impor.
Seperti ini lah
sistem sosialis ala bala tentara Dai Nippon. Segala hal diatur oleh pusat untuk mencapai kesejahteraan bersama
yang diharapkan akan tercapai seusai memenangkan perang Pasifik
2.
Masa Orde Lama
A.
Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Para tokoh – tokoh Negara Republik Indonesia saat itu misalnya,
BungHatta, Sumitro Djojohadikusumo telah banyak merumuskan ide dalam bentuk
perekonomian yang tepat bagi bangsa Indonesia, secara individu maupun pemikiran
secara kelompok/diskusi. Bung Hatta sendiri mencetuskan dasar perekonomian
Indonesia adalah koperasi yang mendasarinya adalah rasa tolong menolong.
Demikian juga dengan Sumitro Djojohadikusumo, mencetuskan bahwa perekonomian
yang dicita –citakan adalah semacam ekonomi campuran. Namun dalam
perkembangannya disepakatilah suatu sistem perekonomian yang dinamakan sistem
ekonomi Pancasila yang mengandung unsur – unsur
penting didalamnya yang disebut Demokrasi Ekonomi. Sistem ekonomi
Pancasila dijadikan inspirasi untuk merancang sistem perekonomian indonesia
yang sesuai dengan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, berlaku adil dan sesuai nilai
– nilai kemanusian dalam menjalankan roda perekonomian, menghindari kegiatan
perekonomian yang merusak persatuan bangsa, menyelesaian kegiatan ekonomi
secara musyawarah dan bijaksana dengan akhirnya membentuk tujuan akhir yang
dicapai adalah membentuk keadilan sosial tanpa memperlebar jurang antara si
kaya dan si miskin.
Menurut UUD'45, sistem perekonomian tercermin dalam pasal-pasal 23,
27, 33, dan 34.
Ciri
– ciri positif lainnya dalam sistem Demokrasi Ekonomi/sistem ekonomi Pancasila
diantaranya adalah :
v Sumber-sumber kekayaan dan keuangan negara digunakan dengan permufakatan
lembaga -lembaga perwakilan rakyat, serta pengawasan terhadap kebijaksanaannya
ada pada lembaga-lembaga perwakilan pula warga negara memiliki kebebasan dalam
mmilih pekerjaan yang dikehendaki serta mempunyai hak akan pekerjaan dan
penghidupan yang layak
v Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan masyarakat Potensi, inisiatif dan daya kreasi
setiap warga negara dikembangkan sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak
merugikan kepentingan umum Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara
oleh negara.
Dalam
perekonomian Indonesia tidak mengijinkan adanya :
1.
Free fíht liberalism yaitu adanya
kebebasan usaha yang tidak terkendali sehingga memungkinkan terjadinya
eksploitasi kaum ekonomi yang lemah, dengan akibat semakin bertambah luasnya
jurang pemisah si kaya dan si miskin.
2.
Etatisme yaitu keikut sertaan pemerintah
yang terlalu dominan sehingga mematikan motifasi dan kreasi dari masyarakat
untuk berkembang dan bersaing secara sehat.
3.
Monopoli yaitu suatu bentuk pemusatan
kekuatan ekonomi pada satu kelompok tertentu, sehingga tidak memberikan pilihan
lain pada konsumen untuk tidak mengikuti
'keinginan sang monopoli'.
Tetapi
pada perkembangan perekonomian Indonesia yang menganut sistem ekonomi
pancasila, terjadi pula sistem ekonomi liberalis dan etatisme yang di awali
pada tahun 1950-an sampai dengan 1957-an dan tahun 1960-an sampai dengan masa
orde baru.
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk
karena disebabkan oleh beberapa factor antara lain:
Inflasi yang sangat tinggi, dikarenakan pada waktu itu lebih
dari satu mata uang beredar secara tidak terkendali, pemerintah RI
menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De
Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan
Jepang.
Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946,
Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan sekutu)
mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada
bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI
(Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori
moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan tingkat
harga.
Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk
menutup pintu perdagangan luar negri RI.
Kas negara kosong. Eksploitasi besar-besaran di
masa penjajahan.
Dalam
menghadapi krisis ekonomi-keuangan, pemerintah menempuh berbagai kegiatan,
diantaranya :
v Pinjaman Nasional, menteri keuangan Ir. Soerachman dengan
persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) mengadakan
pinjaman nasional yang akan dikembalikan dalam jangka waktu 40 tahun.
v Hubungan dengan Amerika, Banking and Trade Coorporation (BTC)
berhasil mendatangkan Kapal Martin Behrman di pelabuhan Ciberon yang mengangkut
kebutuhan rakyat, namun semua muatan dirampas oleh angkatan laut Belanda.
v Konferensi Ekonomi, Konferensi yang membahas mengenai peningkatan
hasil produksi pangan, distribusi bahan makanan, sandang, serta status dan
administrasi perkebunan asing.
v Rencana Lima Tahunan (Kasimo Plan), memberikan anjuran memperbanyak
kebun bibit dan padi ungul, mencegah penyembelihan hewan-hewan yang membantu
dalam pertanian, menanami tanah terlantar di Sumatra, dan mengadakan
transmigrasi.
v Keikutsertaan Swasta dalam Pengembangan Ekonomi Nasional,
mengaktifkan dan mengajak partisipasi swasta dalam upaya menegakkan ekonomi
pada awal kemerdekaan.
B.
Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem
ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada
pasar.
Usaha-usaha
yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain :
a.
Gunting
Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk mengurangi
jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.
b.
Program
Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menunbuhkan wiraswastawan pribumi dan
mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing
dengan membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya
pada importir pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan
pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional.
Namun usaha ini gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif
dan tak bisa bersaing dengan pengusaha non-pribumi.
c.
Nasionalisasi
De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU no.24 th
1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
d.
Sistem
ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak
Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan
pengusaha pribumi. Namun Program ini tidak berjalan dengan baik, karena
pengusaha pribumi kurang berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk
mendapatkan bantuan kredit dari
pemerintah.
e.
Pembatalan
sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya sedangkan
pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih perusahaan-perusahaan
tersebut.
C.
Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Sebagai akibat Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia
menjalankan sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus
pada sistem etatisme (segalanya diatur pemerintah). Namun lagi-lagi sistem ini
belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia. Kebijakan tersebut adalah :
a.
Devaluasi
yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang sebagai berikut :Uang
kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi Rp
100, dan semua simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.
b.
Pembentukan
Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia
dengan cara terpimpin. Mengakibatkan pada 1961-1962 harga barang-baranga naik
400%.
c.
Devaluasi
yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000 menjadi Rp
1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah
lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih
tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini justru semakin
meningkatkan angka inflasi.
Kegagalan-kegagalan dalam berbagai tindakan moneter itu diperparah
karena pemerintah tidak menghemat pengeluaran-pengeluarannya. Semua kegagalan
itu merupakan salah satu konsekuensi dari pilihan menggunakan sistem demokrasi
terpimpin
3.
Masa Orde Baru
Pada periode ini program pemerintah berorientasi pada usaha
pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan
rakyat dengan memprioritaskan stabilisasi ekonomi dan politik.
Pengendalian inflasi mutlak dibutuhkan, karena pada awal 1966
tingkat inflasi kurang lebih 650 % per tahun,
Tercatat bahwa :
Tingkat inflasi tahun 1966 sebesar 650 %
Tingkat infalsi tahun 1967 sebesar 120 %
Tingkat infalsi tahun 1968 sebesar 85 %
Tingkat infalsi tahun 1969 sebesar 9,9 %
Setelah melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam sistem ekonomi
liberal ternyata pengusaha pribumi kalah bersaing dengan pengusaha nonpribumi
dan sistem etatisme tidak memperbaiki keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi
campuran dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi pancasila. Dan Membersihkan
segala aspek kehidupan dari sisa-sisa faham dan sistem perekonomian yang lama (
liberal/kapitalis dan etatisme/komunis ).
Dalam hal ini pasar tidak dapat menentukan sendiri pada masalah –
masalah tertentu tetapi ada campur tangan pemerintah. Kebijakan ekonominya
diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur pemerataan
: kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan, kesempatan
kerja, kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi muda, penyebaran
pembangunan, dan peradilan. Semua itu dilakukan dengan pelaksanaan pola umum
pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) secara periodik lima tahunan yang
disebut Pelita (Pembangunan lima tahun).
Pada awal orde baru, stabilitas ekonomi dan politik menjadi
prioritas utama. Program pemerintah berorintasi pada pengendalian inflasi,
penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Setelah
melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam sistem ekonomi liberal ternyata
pengusaha pribumi kalah bersaing dengan pengusaha nonpribumi dan sistem
etatisme tidak memperbaiki keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi campuran
dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi pancasila. Ini merupakan praktek dari
salah satu teori Keynes tentang campur tangan pemerintah dalam perekonomian
secara terbatas.
Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang,
tercermin dalam 8 jalur pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan,
pembagian pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi wanita
dan generasi muda, penyebaran pembangunan, dan peradilan. Semua itu dilakukan
dengan pelaksanaan pola umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) secara
periodik lima tahunan yang disebut Pelita.
Hasilnya, pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras,
penurunan angka kemiskinan, perbaikan indikator kesejahteraan rakyat seperti
angka partisipasi pendidikan dan penurunan angka kematian bayi, dan
industrialisasi yang meningkat pesat. Pemerintah juga berhasil menggalakkan
preventive checks untuk menekan jumlah kelahiran lewat KB.
Namun dampak negatifnya adalah kerusakan serta pencemaran
lingkungan hidup dan sumber-sumber daya alam, perbedaan ekonomi antar daerah,
antar golongan pekerjaan dan antar kelompok dalam masyarakat terasa semakin
tajam, serta penumpukan utang luar negeri. Disamping itu, pembangunan
menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang sarat korupsi, kolusi dan nepotisme.
Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan
politik, ekonomi, dan sosial yang adil.
Sehingga
meskipun berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi secara fundamental
pembangunan nasional sangat rapuh. Akibatnya, ketika terjadi krisis yang
merupakan imbas dari ekonomi global, Indonesia merasakan dampak yang paling
buruk. Harga-harga meningkat secara drastis, nilai tukar rupiah melemah dengan
cepat, dan menimbulkan berbagai kekacauan di segala bidang, terutama ekonomi.
4.
Masa Orde Reformasi
Orde reformasi dimulai saat kepemimpinan presiden BJ.Habibie, namun
belum terjadi peningkatan ekonomi yang cukup signifikan dikarenakan masih
adanya persoalan-persoalan fundamental yang ditinggalkan pada masa orde baru.
Kebijakan yang menjadi perhatian adalah cara mengendalikan stabilitas politik.
Sampai pada masa kepemimipinan presiden Abdurrahman Wahit, Megawati
Soekarnoputri, hingga sekarang masa kepemimpinan presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pun masalah-masalah yang diwariskan dari masa orde baru masih belum
dapat diselesaikan secara sepenuhnya. Bisa dilihat dengan masih adanya KKN,
inflasi, pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, dan melemahnya nilai tukar rupiah
yang menjadi masalah polemik bagi perekonomian Indonesia.
Masa
Kepemimpinan Megawati Soekarnoputri
Masalah
yang mendesak untuk dipecahkan adalalah pemulihan ekonomi dan penegakan hukum.
Kebijakan yang dilakukan untuk mengatasi persoalan ekonomi antara lain :
a.
Meminta
penundaan utang sebesar US$ 5,8 Milyar pada pertemuan paris Club ke-3 dan
mengalokasikan pemabayaran utang luar negri sebesar 116,3 Trilliun.
b.
Kebijakan
privatisasi BUMN. Privatisasi yaitu menjual perusahaan negara di dalam periode
krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi
kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Penjaualan tersebut
berhasil menaikan partumbuhan ekonomi Indonesia menajadi 4,1%. Namun kebijakan
ini menibulkan kontroversi yaitu BUMN yang di privatisasikan dijual pada
perusahaan asing.
Di masa ini
juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tetapi belum
ada langkah nyata dalam pemberantasan korupsi.
Masa
kepemimpinan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono
Kebijakan
kontroversial pertama Presiden Yudhoyono adalah mengurangi subsidi BBM, yang
dilatarbelakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM
dialihkan ke subsidi sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang
mendukung peningkatan kesejahteraan masyrakat. Kemudian muncul pula kebijakan
kontroversial yang kedua yakni BLT bantuan langsung tunai bagi masyarakat
miskin. Namun kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan
pembagaiannya juga banyak menimbulkan masalah sosial. Kebijkan yang ditempuh
untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan pembangunan infrastruktur
summit pada bulan 2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan
kepala-kepala daerah. Dengan semakin banyak investasi asing di Indonesia,
diharapakan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah. Pada pertengahan bulan
oktober 2006 Indonesia melunasi seluruh sisa hutang pada IMF sebesar 3,2 Miliar
dolar AS. Harapan kedepannya adalah Indonesia tidak lagi mengikuti
agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negeri.
0 komentar:
Posting Komentar